Rabu, 04 Juli 2012

Hari ketiga: Tv, udang goring dan menginap di kandang



Hari ketiga ini kami langsung meluncur ke kandang 16 yang pada hari ini berganti no menjadi kandang 1. Seperti kemarin Panji susah sekali bangun sebelum ibunya menelfon (dasar anak Mama). Aku dan Muzaki telah bangun terlebih dahulu untuk sikat gigi dan membersihkan muka menggunakan sabun muka sebelum masuk. Memang sebelum masuk di haruskan mandi dulu, disana juga telah disediakan sabun dan sampo tetapi tidak disediakan pasta gigi maupun sikat gigi. Tetapi Panji setelah bangun bukanya sikat gigi dulu tetapi langsung meluncur ke farm.

Aku pikir-pikir sepertinya selama kita berangkat kemari namanya Panji sama sekali tidak menggosok gigi. Nyatanya di kamar mandi mess kami aku tak menemukan sikat gigi maupun pasta giginya. Apa mulutnya ga lengketlengket ya???? Dan bau mulutnya seperti apa???? Bagi pembaca jangan lupa menggosok gigi minimal 2x sehari.

Di kandang satu (kemarin namanya kandang 16 tetapi mulai hari ini telah ganti) kami mulai membantu memberikan pakan dan minum. Dari situ kulihat banyak ayam yang mati, dugaanku karena ayam kedinginan atau kepanasan. Dan menurut pengalamanku hal itu biasa pada DOC yang baru saja masuk kandang.

Setalah semua selesai kami bisa duduk-duduk sambil tanya-tanya ini itu yang kami anggap belum paham. Sampai jam istirahatpun kami masih asik dengan perbincangan kesana kemari. Sambil makan dan bercanda di bawah pohon rindang kami (kususnya aku) merasa sudah mulai akrab dengan mereka para karyawan.

Setelah jam istirahat siang selesai kami mulai bekerja kembali member makan dan minum para bos ayam. Walau mereka bos kami tetapi kami adalah juragan mereka. Kami berusaha memberikan pelayanan terbaik buat bos hingga kami (pekerja) mendapatkan gaji, tetapi yang paling membutuhkan kami adalah mereka karena kamilah yang memberinya makan.

Di tengah-tengah itu tiba-tiba Pak Rosid menyuruh kami mebantu di kandang 8, aku pikir penyemprotan di infektan lagi. Ternyata tidak. Kami di kandang 8 mendapat tugas membantu mengangkut karung-karung sekam yang jumlahnya ratusan karung tersebut. Bersama banyak pekerja kami mulai mencoba.

1,2,3,4…..16,17 angkutan aku mulai K.O. tubuhku yang krempeng ini jelas tak bisa soal bekerja dengan fisik. Aku lebih suka bekerja dengan otak. Berbeda dengan Muzaki yang memang kuat dalam hat otot itu dia bisa mengimbangi para pekerja yang telah terbiasa tersebut. Di tengah-tangah angkutan kami semua beristirahat. Kulihat Panji mulai menggaruk-garuk seluruh tubuhnya seperti kera yang banyak kutunya. Tetapi aku jelas tak menghiraukanya, aku sendiri kualahan fisik tak karuan.

Siff kedua dalam hal angkut mengangkut sekam tersebut dilanjutkan. Aku masih tetap membantu tetapi tidak serajin saat awal. Aku saat itu lebih sering istirahat karena memang benar-benar capek. Muzaki tetap bisa mengimbang para pengangkut tersebut. Dan Panji tetap sibuk dengan seluruh tubuhnya.

Istirahat kedua kalinya kumanfaatkan untuk menjauh dari kerumunan karena aku benar-benar kehabisan tenaga. Rasanya tubuh ini benar-benar lemas. Tak kuhiraukan keramaian yang ada, aku berbaring di dalam kandang dan mulai mengatur nafas. Tak tahu sudah berapa lama aku beristirahat, saat aku kembali ternyata sudah banyak karung sekam yang telah tertumpuk.

Aku kembali ke kerumunan, para pekerja sama sepertinya sama sekali tak merasa kelelahan. Ulah Panji semakin menjadi-jadi dalam menggaruk-garauk seluruh tubuhnya. Mungkin dia tak tahan dengan sekam padi atau entah aku tak tahu. Kini tubuh Panji seperti udang goring atu udang rebus yang telah matang. Kulitnya kemerah-merahan karena garukan tanganya. Para pekerjapun mulai kebingungan karena kulit Panji berubah menjadi merah.

Entah karena dia anak mama atau apa sehingga dia tak kuat dengan sekam padi. Padahal dia anak mapala (mahasiswa pecinta alam) yang kuat tak mandi 3 hari 3 malam, kuat keluar masuk hutan masak dengan sekam padi saja sampai kualahan. Sampai-sampai para pekerja menyebutnya anak lima tahun. Salah seorang pekerja menyelutuk “anak lima tahun seperti itu koq di suruh kerja. Jadi merah-merah tuh badannya”. Mendengar cletukan pekerja itu kami semua tertawa terpingkal-pingkal.
Ibnu Panji

Saat itu segera dia pergi dan meminjam motor untuk beli obat gatal. Dia meninggalkan aku dan Muzaki (orangnya memang tak setia kawanan menurutku) disini. Kami menyelesaikan angkut-angkut itu lalu kita kembali ke kandang satu. Di kandang itu kami beristirahat sejenak.

Di tengah-tengah istirahat Pak Rosid datang dan menyuruh kami mau bermalam di kandang sambil menelihat keadaan saat malam hari di dalam kandang. Kami pun menjawab kenapa tidak, soalnya di mess tidak ada TV. Dia pun menyarankan agar kami kembali ke mess dulu untuk membawa peralatan lalu kembali lagi kekandang.

Mengikuti saran aku dan Muzaki kembali ke mess. Ternyata di depan mess kami sudah terdapat TV 21”. Dengan senang hati kami maukkan tv itu kedalam mess dan kami coba hidupkan. Di tengah-tengan mempersiapakan diri bermalam di kandang Panji datang. Dia kaget “lho…. Koq ada tv?”. Aku dan Muzaki pun menjawab dengan hampr serempak “lha ini kan kiriman ibu mu? Emang ibumu ga bilang kamu dulu,” candaku dan Muzaki. Kami pun setelah itu berdiam diri.

Panji langsung turun ke kandang karena dia memang ingin tinggal di kandang sedangkan aku dan Muzaki memutuskan kekandang setelah sholat isak.  Yang jelas kami di mess memperciapakan CD (celana dalam), sikat, odol u tuk bermalam. Sedangkan kulihat tadi Panji Cuma membawa jajanan saja tanpa membawa sikat, odol bahkan CD baru.

Ternyata Panji itu orangnya aneh menurutku. Orang segede itu, sebringas itu dan seberani itu ternyata anak mama papa, tiap hari di telfon mama papa nya minimal 2x. kalau ga di angkat telfonya ganti mama papanya menelfon temanya. Dan dari mana orang tuanya mendapat no telfon teman-temnnya? Hal seperti ini menggangguku karena akulah yang kadi korban telfon mama papanya Panji. Selain itu dia selam ini tidak pernah sikat gigi, tidak pernah ganti CD padahal dia yang membawa 2 tas gede-gede. Sedangkan aku dan muzaki Cuma sat tas saja.

Lanjut, malam di kandang kerjanya sama seperti siang hanya memberi pakan minum saja. Permasalan tidur di kandang adalahudaranya yang dingin sedingin es. Mau tidur di samping ayam sebenarnya bisa tetapi masak tidur di samping kandang. Malam itu aku sama sekali tak bisa tidur. Seluruh tubuh menggigil kedinginan. Mau bawa jaket tetapi tidak boleh, karena di sini sudah di sediakan seragam dan hanya seragam itu yang boleh masuk. Jika bawa tas, tasnya di sita. Isinya di keluarin dan di kasih kresek.

Ternyata tidur di kandang tidak menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar