Kamis, 19 April 2012

Pulang Malam Yang Gelap dan Hujan


Kemarin karena ibu sakit dan keponakanku sakit aku jadinya pulang. Setengah mendadak tanpa pikir panjang sore itu aku pulang juga. Tanpa banyak barang yang ku bawa aku langsung tancap gas untuk segera sampai rumah. Sekitar jam 4 sore stelah mengumpulkan laporan pratikum aku langsung pulang.

Belum sampai jarak 5 km tiba-tiba langsung hujan deras. Padahal cahaya matahari masih bersinar, udarapun massih sangat panas tetapi di wilayah itu hujan deras. Ahirnya aku putuskan untuk berhenti dan memakai jas hujan. Yang jelas bukan aku saja yang berhenti utuk memakiaj jas hujan, tetapi para pengndara montor lain.

Belum sampai jarak 5 km lagi cuaca kembali terang benderang. Ahirnya ku copot jas hujannya. Untung jas hujanku seperti jaket yang mudah di pakai dan di lepas. Tapi yang paling malas pakai sepatu, karena aku ga bawa sandal jadi kalau hujan sepatu kumasukin k etas dan saat terang kupakai lagi.

Lagi-lagi masih jarak berapa km, masih berapa menit jalan hujan lagi. Padahal cahaya matahari tak tertutup mendung sore itu, dan kulihat awan tak tebal tetapi kenyataanya hujan sangat deras sekal. Di sebuah gapura ku pakai lagi jas hujanku dan ku copot  sepatuku.

Ahirnya aku naik sepeda motor tanapa sepatu. Air hujan membasahi kakiku, rasanya dingin. Tetes hujan mengenai wajahku dan rasanya panas. Tapi tetap kulaju sepeda motorku. Walaupun hujan ahirnya turun rintik-rintik tak sederas tadi dengan tanpa sepatu sepeda motor ku pacu.

Hingga ahirnya hujan benar-benar berhenti reda dan kulihat langit di arah tujuanku terang tak berawan aku  kembal melepas jas hujanku. Di sebuah emeran toko tutup kulipat dan kumsukkan jas hujanku. Kupakai lagi sepatu dan kaos kalinya. Kuturunkan celana yang tadinya kusingsingkan hingga lutut dan kulaju lagi sepeda motorku.

Tiba di perempatan batu kulirik jam sudah menunjukkan angka 1,5 jam lebih dari waktu awal aku berangkat. Ku dengar juga sayup-sayup rekaman Al-Quran pertanda magrib hamr tiba. Padalah kalau biasanya hanya perlu satu jam aku sampai daerah itu tapi hari ini 1,5 jam lebih. Mungkin karena aku 4X berhenti ditambah hujan deras sehingga aku tak bisa memacu sepeda motorku dengan cepat.


Karena sudah waktunya sholat magrib dan kemungkinan sampai rumah jam sholat magrib telah habis maka aku segera cari masjit. Kuputuskan berhenti di masjit yang biasanya kupakai beristirahat saat pulang kerumah seperti ini. Saat sebelum salat langit masib belum terlalu gelap, kulihat banyak orang dari luar kota yang seperti aku juga sedang akan menjalankan sholat. Ahirnya kami sholat berjamaah di sana dengan orang-orang dari luar kota semua.

Sehabis sholat magrib dan berzikir aku segera keluar. Kuliah gelap mulai datang, bintang di barat juga sudah bersinar. Tanpa pikir panjang ku segera melaju kendaraan. Sebelumnya ku nyalakan sebuah rokok yang kubawa dari rumah agar dapat mengurangi dinginya udara malam.

Saat itu aku teringat terahir kali pulang malam. Jalanya gelap tanpa lampu jalan, kanan kiri hany ada sawah dan kebun penduduk dan aku biasanya mengikuti mobil atau sepeda motor yang sama-sama melaju searah untuk menenagkanku akan kesepian. Setalah sholat itu aku segera mengikuti sebuah mobil yang searah jalan ku.

Benar dugaanku, jalanya sangat sepi dan gelap. Hanya sesekali aku lihat truk dari arah berlawanan. Sudah jalanya berliuk-liuk tanpa ada pembatas jalan yang menyala hampir-hampir aku masuk ke sawah kalau tak ada mobil di depanku. Habis jalanya benar-benar gelap, walaupun lampu jarak jauh sudah di nyalakan tapi tak terlihat di depan itu sawah atau jalan.

Mendekati jalanan yang naik turun udara dingin terasa, sepertinya hujan akan datang firassatku dalam hati. Dan benar saja saat jalanan menanjak hujan langsung turun dengan deras tanpa di dahului hujan rintik-rintik. Saat itu juga ku segera mencari emperan toko atau rumah yang bisa buatku berteduh untuk memaki jas hujan dan melepas sepatu. Karena jalanya menanjak dan menurun tajam cukup susah aku mencari tempat yang kumaksut. Hingga kulihat lampu sepeda motor yang menikung dari jalan yang menandakan sepeda motor tersebut akan berteduh. Kuikuti arah sepeda motor tersebut yang ternyata berhenti di depan emperan toko yang tutup.

Di emperan toko tersebuh sudah banyak pengendara lain yang sudah terlebih dahulu berteduh. Tanpa pikir panjang ku ikut berteduh dan kupaki lagi jas hujanku. Kulihat nama daerah toko tersebut dank u tahu jarak ke rumah tiggal 1-1,5 jam lagi. Karena terlalu banyak yang berteduh ahirnya kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan. Seingatku juga daerat itu kalau hujan hanya di satu tempat saja dan di luar daerah yang tak hujan yang ada terang benerang tanpa setetes hujanpun.

Dengan pedenya karena merasa beberapa kilo lagi paling tidak hujan, kupacu lagi sepeda motorku. Tanpa sepatu udara malam itu terasa sangat dingin di kaki ditambah kaki yang basah karena air hujan menjadi sangat dingi. Mungkin juga karena hujan  jalan menjadi sangt sepi.

Tadi yang rencananya mencari mobil atau motor yang jalanya searah agar tidak merasa berjalan sendiri kali ini tak kutemukan satu kendaraan bermotorkun yang kulihat. Padahal malam itu benar-benar gelap tanpa penerangan, ditambah hujan jarak pandang tak lebih dari 5-10m saja. Kupacu sepeda motorku agak lambat, yang kulihat di jalan buka jalanya atau pohon di pinggir jalan. Yang kulihat garis putih yang berada di tengah jalan karena hanya garis itu yang terlihat tidak hitam saat malam.

Pada daerah yang menikung berulang kali aku hanpir terjatuh karena masuk jalan yang berlubang. Habisnya tak terlihat jaln tersebut berlubang atau tidak karena tergenag air. Garis putih di tengah jalanpun juga tertutup air jadinya aku susah menemukan mana jalan beraspal dan mana jalan tanah.


Hampir setengah jam lebih aku seperti orang buta yang hanya meraba-raba jalan saja. Hanya terkadang kilatan halilintar yang memberiku petunjuk jalan di depanku. Sehingga aku tahu saat akan menikung dan jalanan naik atu trun. Kilatan itu hanya beberapa detik saja menerangiku sebelum langit menjadi gelap lagi.

Hingga kulihat di depan ada cahaya merah dari kendaraan bermotor. Bukan Cuma satu tapi ada beberapa, karena semangatnya aku melihat ada teman di jalan segera kususul cahnya itu. Cahanya itu ternyata dari sebuah truk yang di belakangnya sepeda motor yang kuperkirakan yang mengendarai ibu-ibu. Mungkin ibu itu seperti aku yang mencari teman atau sekedar kendaraan bermotor yang sejalan denganya agar perjalanan di malam hari tidak terlalu menakutkan.

Hanya sekitar 15 menit saja aku dan ibu itu mengikuti truk di depan kami. Sebuah tanjakan yang curam membuat truk itu ahirnya mogok karena tak kuat untuk naik. Hingga ahirnya di malam yang gelap gulita itu hanya aku dan ibu itu saja yang terlihat. Ibu lebih melaju di belakangku, saat aku berjalan cepat ibu itu juga berjalan cepat dan saat aku melambat ibu itu juga berjalan melambat.  Hingga kulihat di depan ada cahanya kendaraan bermotor lagi dank u susul kendaraan tersebut. Kali ini cukup beruntung karena yang melaju tidak hanya satu tetapi ada 6 kendaraan bermotor.  2 mobil dan 4 sepeda motor. 2 mobil cheri, satu Honda megapro, satu Yamaha Jupiter, satu Honda supraX dan stunya Honda Vario dutambah aku dan itu tadi jadinya kita berjalan beriringan.

Cukup lama hujan itu terasa tak segera berhenti. Mungkin karena melaju ku yang tak cepat mungkin juga karena memang hujan yang merata. Tapi robongan kendaraan kami memang melaju tak lebih dari 40km/jam. Jelas alansanya, hujan yang sangat lebat dan tanpa ada penerang jalan mebuat semua lebih berhati-hati dalam melajukan kendaraanya.

Rombongan itu ahirnya terpecah setelah satu mobil cheri menikung di jalanan makadam desa dan yang satunya berhenti di sebuah rumah yang tak ada lampunya. Perkiraanku saat itu mungkin sedang pemadaman listrik karena hujan yang sangat lebat itu. Tingallah 6 sepeda motor yang melaju beriringan. Sang megarpro berusaha melaju kencang, diikuti jupiterZ dan akupun mengikuti mereka. Sedang supraX, Vario dan ibu yang tadi mengikutiku masih melaju  jauh di belakang kami.

Aku mengikuti megapro tersebut karena ingin cepat sampai rumah. Walaupun kami melaju cukup cepat pada saat hujan seperti itu oleh bantuan cahanay sepeda motor kami bertiga jalan agak terlihat tak segelap tadi. Inrinagn 3 sepeda motor kami itu berpencar pada perematan sebuah terminal yang sudah tak segelap tadi karena jalanannya sudah ada penerang jalan. Sang penegndara megapro belok ke kanan. Aku lurus kedepan. Dan sang pengendara jupiterZ yang di belakangku kuliaht belik kea rah kiri.

Dari situ aku sedikit berani berjalan sendiri karena jalanan tinggal lurus saja tanpa tikungn yang berkelok-kelok lagi. Ditambah dari situ sudah ada penerangan jalan walau jarang-jarang. Rumah-rumah penduduk dan toko-toko juga sudah mulai ada di bandingkan jalanan gelap yang kanan kiri hanya sawah dan kebun tadi.

Walaupun hujan masih turun tapi sudah tak sederas tadi. Jari-jari kakiku sudah mulai terasa membeku dan mengerut. Nafasku sudah berembun di kaca helem yang kupakai.

Tiba di perbatasan kotaku yang sekaligus perbatasan propinsi aku sudah lebih tenag lagi. Kendaraan bermotor sudah terlihat sedikit ramai, hujannya juga sudah tinggal rintik-rintik kecil. Walaupun begitu aku mengikuti sebuah mobil karena sebelum masuk kota akan melewati tikungan pisang yang melengkung panjang dan kanan kirinya hutan. Bukanya aku takut akan keadaan itu tetapi memang keadaanya menakutkan.

Setelah melewati tikungan pisang itu jalanan tinggal lurus selurus-lurusnya untuk masuk kota. Anehnya juga setalah tikungan tersebut hujan berhenti total.  Udarapun sudah tak seperti tadi yang sangat dingin walaupun sudah pakai jas hujan anti angin dan air.


Di sebuah emperan rumah di pinggir jalan yang terdapat pagar tinggi ku berhenti tuk melepas jas hujanku kembali. Kulirik jam sudah menunjukkan jam 8 malam, 4 jam perjalanan telah kulewati. Padahal bisanya hanya 2,5-3 jam untuk sampai rumah dan ini 4 jam masih belum sampai rumah. Tak lupa kulihat Hp dan ternyata ada 4 SMS yang menumpuk tak terbaca. Dua dari ibu yang menanyakan aku, satu dari kakakku yang menayakan sudah sampai mana dan satu dari cewekku yang minta di jemput. Yang terahir sungguh sial karena aku lupa tak bilang kalu aku pulang kerumah.

Perjalanan menuju kota kabupatenku cukup menyenagkan. Kusempatkan membeli roti bakar untuk ibu dan kepoakanku yang sakit. Kalu kakakku tidak usah karena dia di rumahnya sendiri, Cuma anaknya saja yang di titipkan ke ibu karena pembantunya juga sakit. Dari pada tak ada yang merawat di rumah karena kedua orang tuanya kerja ahirnya anaknya di titipkan ke ayahku. Dan ternyata ibuku ahirnya juga tertular sakit.

Perjalanan dari kota kabupaten ke kecamatan rumahku berada berjarak 30 menitan. Disana melewati perkebunan kayu putih bahan untuk menyak kayu putih. Nah saat di tengah-tengah perkebunan tersebut hujan deras datang lagi. Mau tak mau kulaju saja sepeda motorku karena aku tak mau berhenti di tenagh-tengan pepohon kayu putih tersebut. Ya cerita dari cerita katanya di daerah tersebut masih ada perampok jadi aku lebih memlih terus jalan. Apalagi bukan aku saja yang menembus derasnya hujan di tengah hutan kayu putih tersebut. Masih banyak yang melaju menembus derasnya hujan karena takada yang mau berhenti di tengah pepohonan tersebut.

Sebelum masuk perbatasana kecapatan rumahku hujan telah berhenti. Baju, celana, sepatu dan helmku basah kuyup. Mau tak mau besuk pagi semuanya harus di jemur. Sampai di rumah sudah jam 8.40 malam.

Saat masuk di rumah keponakanku masih belum tidur padalah biasanya jam 7 sudah tidur. Menurut ayah dia menunggu aku pulang baru mau tidur. Sedangkan ibu baru saja muntah. Saat masuk rumah dengan keadaan basah kuyup keponakanku itu berlari menyusulku dan memelukku. Tapi karena aku basah kuyup ahirnya kusuruh berhenti karena aku takut dia tambah sakit.

Setelah mengeringkan diri dan ganti baju lalu ku masak air panas. Kubuatkan susu untuk keponakanku yang usianya masih 3,5 tahun tersebut, teh untuk ibu dan kopi untukku. Tak lupa kubikinkan mie intan untukku sendiri. tapi kenyataanya mie itu yang makan aku, ibu dan keponakanku. Sedangkan ayah segera beristirahat karena besok kerja dan mungkin capek mengrusi keponakanku tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar