Tampilkan postingan dengan label puisi cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi cerpen. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Januari 2013

KARENA KAMU ADALAH TULANG RUSUK-KU


Renungan Super — 07 April 2012


Dada ini longar bila tanpa penyangga, dada ini akan terasa terhimpit bila tulang yang ada tak mampu mempu menopang desah nafas. Itulah tulang rusuk, tulang rusuk suami ada pada istri dan istri sebagai penopang kehidupan suami. Tak lantas beramarah bila rusuk itu kemudian susah untuk diluruskan, dan tak harus jenggah bila suami tak jua segera meluruskan. Yang dibutuhkan adalah pengertian, kesabaran dan saling memberi waktu untuk mengerti. Itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri

Karena Kamu Tulang Rusukku

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”

Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,

“Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,

“Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!” Tiba-tiba Dara menjadi terdiam ,

Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”

Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”

Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”

Kamis, 29 November 2012

MENIKMATI RODA KEHIDUPAN



Sukses itu penuh perjuangan, bahkan harus diraih dengan pengorbanan yang dahsyat, begitu orang bilang. Meraih sukses itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sering kita kagum terhadap orang-orang sukses di dunia ini, namun kita jarang menelusuri perjalanan sukses mereka yang penuh onak dan duri.

Jika kita dilahirkan di tengah keluarga yang sederhana, atau bahkan kekurangan, mungkin kita tidak akan mendapatkan fasilitas yang memadai untuk mewu
judkan impian sukses kita. Berawal dari pendidikan yang layak, mungkin kita hanya mendapatkan pendidikan seadanya. Karena kita tidak mendapat fasilitas yang memadai, seperti biaya kuliah dan lain-lain maka kita pun harus berjuang dari nol. Kita bergerak dari bawah, kita berjuang dari bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, tidak diakui siapa-siapa, untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya yang eksistensi dan kompetensinya diakui dunia di sekitar kita.

Perjuangan dari bawah adalah perjuangan yang keras dan penuh tantangan. Kita menaiki tangga dari anak tangga yang pertama. Jika orang tua kita adalah pemilik perusahaan, tentu kita tinggal mewarisinya. Kita tidak perlu susah-susah merintis karir dari bawah atau merintis usaha/bisnis dari nol. Tapi jika kita meraih kesuksesan dari tidak punya apa-apa menjadi punya segalanya, kesuksesan ini akan sangat berarti bagi kita. Dan yang lebih penting lagi, perjalanan dalam meraih kesuksesan itu sendiri menjadi kekayaan mental kita yang sangat bernilai.

Berjuang dari nol/dari bawah, butuh kesabaran dan semangat yang berlipat ganda. Mungkin kita harus mulai dari profesi yang dalam pandangan umum kurang keren atau tidak berkelas. Misalnya sebagai office boy, pembantu rumah tangga, tukang sapu jalan, pedagang asongan, atau yang lainnya. Bukan berarti saya meremehkan profesi yang saya sebut tadi, tapi kenyataannya bila kita lakukan survey pasti hampir semua orang akan enggan menjalani profesi tadi. Dan mungkin juga orang yang benar-benar sedang menjalani profesi tadi juga karena terpaksa, karena adanya seperti itu, daripada nganggur, atau juga karena minder, "Lha wong saya hanya tamat SD atau SMP, mana mungkin saya dapat pekerjaan yang mentereng..." Banyak orang menganggap pendidikan yang rendah menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.

Jika sebuah pekerjaan itu jelas halal dan berkah, buat apa kita malu menjalaninya. Banyak orang ingin kaya dan terlihat perlente, namun pada kenyataannya banyak dari mereka mengambil jalan pintas: korupsi, menjalankan bisnis haram, pergi ke dukun, atau kalau perlu ngingu (memelihara) tuyul dan cari pesugihan. Ini kan tidak ada artinya. Walau kita pada akhirnya kelihatan kaya, punya uang melimpah, tapi pada hakikatnya tidak ada nilainya sama sekali. Saya pikir seorang pemulung yang kucel/lusuh lebih baik daripada mereka.

Kesuksesan yang diraih dengan kerja keras dan tetap konsisten di jalan yang luruslah yang akhirnya akan memberikan kebahagiaan yang sejati.

Ada seorang figur sukses yang luar biasa. Beliau pernah menjadi cleaning service, kemudian bekerja di sebuah universitas negeri di Purwokerto. Mengawali karier sebagai tukang fotokopi dan penjilidan buku. Namun mimpi beliau tidak pernah padam. Walau beliau berasal dari keluarga petani yang sangat sederhana, mimpinya tetap menjulang ke langit. Sambil bekerja, beliau melanjutka studi di sebuah "Universitas Terbesar" di Indonesia, yakni Universitas Terbuka. Setelah lulus UT, beliau tidak berhenti, tapi malah nekat ikut bersaing untuk mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri. Beberapa kali gagal, tidak membuatnya patah semangat. Hingga akhirnya beliau dapat melanjutkan S2 di Leicester University, Inggris. Setelah menjadi MBA Ed, beliau juga tidak berhenti. Beliau kemudian mendalami NLP (Neuro Linguistic Programming) di negeri kanguru, Australia. Semangat belajar yang tinggi membuatnya terus bertumbuh dari seorang cleaning service/pegawai rendahan menjadi kepala bagian, pembicara publik, dosen luar biasa, motivator dan trainer. Perjuangan beliau membuahkah sukses berkat kerja keras dan semangat pantang menyerah sebelum kesuksesan berada di tangan. Latar belakang keluarga, pendidikan dan profesi awal meniti karier tidak menghentikan mimpi untuk meraih impian dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan ini.

Kisah di atas hanyalah sekedar contoh bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini kalau kita mau berjuang sepenuh hati. Mungkin sekarang kita masih jadi pegawai rendahan, disuruh ini dan itu, bekerja di bawah tekanan yang luar biasa. Atau bisnis kita baru bertunas, orang-orang memandang dengan sebelah mata. Bukankah itu sebuah ujian, apakah kita sanggup melewati tangga demi tangga kehidupan hingga akhirnya kita sampai pada puncak tangga kesuksesan.

Untuk menggapai impian, kita hanya butuh semangat berlipat ganda daripada orang kebanyakan. Di saat orang lain berhenti melangkah, justru kita berlari. Di saat orang lain berkata, "Itu tak mungkin berhasil", kita justru yakin bahwa nothing is impossible. Di saat kita diremehkan, dipandang sebelah mata, kita justru lebih yakin lagi siapa diri kita yang sesungguhnya. Keberhasilah kita bukan karena orang lain, tapi karena usaha kita sendiri. Kita yakin dengan kemampuan kita. Kita tidak pasrah begitu saja dengan keadaan, namun ikhtiar sekuat tenaga, baru setelah itu berdoa menyerahkan hasilnya pada Yang Maha Kuasa.

Selasa, 02 Oktober 2012

Tipe-tipe Teman yang Baik



Teman adalah tempat seseorang berbagi suka dan duka. Sebaik-baiknya teman haruslah membawa dampak positif pada diri seseorang. Jika ingin mengetahui termasuk tipe orang seperti apakah kita, lihatlah teman di sekeliling Anda. Ada 4 jenis teman yang patut Anda miliki.

Seperti dikutip dari Huffington Post, Robert Wicks, seorang profesor psikologi sekaligus pengarang buku Living the Resilient Life mengatakan ada 4 jenis teman yang patutkita cari 
dan masuk dalam siklus hidup manusia, yang tentunya akan membuat hidup lebih bahagia dan berkualitas.

1. Tipe pengkritik
Teman dengan tipe jenis ini akan selalu mengingatkan ketika kita melakukan kesalahan. Tanpa diminta pun, ia akan selalu mengkritik kita bila melakukan sesuatu hal yang menyimpang. Tipe ini sangat baik untuk mengingatkan kita pada jalan yang benar, meskipun terkadang menyakitkan mendengar kritiknya yang agak pedas.

2. Tipe pendukung
Anda yang memiliki teman seperti ini sangat beruntung, karena teman tipe ini akan selalu mendukung apa yang Anda lakukan dan ikut bahagia dengan kesuksesan Anda. Anda akan selalu merasa semangat dan termotivasi bila berada dekat-dekat dengannya.

3. Tipe penggembira
Mungkin tipe seperti ini yang lebih banyak disukai. Teman dengan tipe penggembira akan selalu membuat Anda ceria kembali di saat sedih dan berduka. rasanya tidak lengkap jika berkumpul tapi tidak ada teman Anda yang satu ini. Di saat Anda frustasi dan depresi, teman tipe inilah yang lebih banyak membuat Anda tertawa.

4. Tipe pembimbing
Anda akan merasa lebih bahagia ketika memiliki teman tipe ini. Berada di sekitarnya akan membuat Anda merasa tenang dan damai. Ia pun akan selalu memberi masukan dan nasihat yang berguna dikala Anda membutuhkannya. Rasanya hidup Anda menjadi terarah karena ada teman yang memberi masukan penting untuk hidup Anda.

Jika Anda belum memiliki teman-teman seperti di atas, sebaiknya mulailah mencari karena saling berbagi karena teman yang seimbang akan membuat hidupAnda lebih seimbang. Anda pun bisa terhindar dari penyakit stres dengan saling berbagi dengan mereka.

Senin, 10 September 2012

•• SANG ADAM BUAT SANG HAWA••



Kaum Adam juga ingin dimengerti

Mungkin kalian para Kaum Hawa berpikir bahwa Kaum Adam selalu
menginginkan Kaum Hawa hanya berdasarkan fisik yang tampak oleh mata : Cantik, Seksi, Sedap dipandang mata, Elegan, imut, dan segala embel embel lainnya.

Tapi tahukah kalian bahwa itu hanyalah sebuah Kriteria awalnya saja?

Memang pada awalnya, Kaum Adam mendekati kalian karena faktor itu. Tapi begitu sudah masuk ke jenjang berpacaran serius atau bahkan sampai berkeinginan membina Rumah Tangga, Kaum Adam jauh lebih memilih Hati Kalian daripada fisik kalian, ingat itu..!!

Pada hakikatnya, Rata-rata Para Kaum Adam setuju dengan pandangan Kalian, bahwa Kaum Hawa mana yang tidak matre. Tapi kalau diawal kalian sudah menunjukkan kematrean kalian, maka para Kaum Adam pasti akan berpikir dua kali. Sebab ujung-ujungnya Kaum Adam ini lah yang nantinya akan membiayai hidup kalian.

Mungkin Kalian pernah berkata :

"Cowok itu egois, tidak perhatian!

Cowok lebih mengutamakan pekerjaan daripada Kaum Hawanya dan cowok itu sama saja."

Mari kita sederhanakan saja seperti Berikut ini :

Kaum Hawa mana yang tidak mau hidupnya bahagia?
\Kaum Hawa mana yang mau hidupnya melarat?
Dan Kaum Adam mana yang tega melihat Hawanya menderita?

Tahukah kalian, Bahwa Kaum Adam terkadang lebih mengutamakan kerja demi anak istri di masa depan?
Supaya kalian bisa hidup bahagia? Inilah bentuk perhatian Kaum Adam yang sesungguhnya.
Mungkin kalian pernah berpikir bahwa Kaum Adam itu akan meninggalkan kalian disaat kalian sudah tua dan tidak cantik lagi.

Tapi ketahui lah Kaum Adam juga punya perasaan tidak hanya sekedar Logika. Sebab, dari Kalian lah Para Kaum Adam mendapatkan keturunannya, Sebab dari kalian lah Para Kaum Adam mendapatkan Kasih Sayang, Support dan Perhatian.

Kecantikan Wajah itu tidaklah abadi, Begitupun Ketampanan Wajah, Namun perhatian dan kasih sayang yang tulus dari Kalian lah yang Abadi.

Mungkin kalian juga pernah benci pada saat Kaum Adam lebih memilih tidur dari pada harus menelpon Kalian selama berjam-jam atau Kalian pernah berfikir bahwa Kaum Adam itu tidak memperhatikan kalian. Namun pernahkah terlintas dalam benakmu Wahai Kaum Hawa.. Kalau seandainya Kaum Adammu hanya ingin istirahat sejenak, setelah seharian bekerja mati-matian demi menafkahi kalian.

Meskipun seringkali kalian ber-Alibi "Cukuplah telepon meski hanya sejam/dua jam, Tidak lebih!"
atau Mungkin kalian juga marah disaat Kaum Adam mengomel karena harus mendampingi kalian berjam-jam di Mall dan di Salon. Tapi tahu kah kalian kalau sebenarnya Para Kaum Adam lebih suka berdua dengan kalian di Rumah atau disuatu tempat melakukan kegiatan bersama, Kaum Adam tidak keberatan kok. Sebab, Para Kaum Adam yakin kalian juga pasti tak akan keberatan disaat kalian menemani Kaum Adam bermain Sepakbola, Futsal atau yang lainnya. Tapi, tidak kah kalian ingat, Terkadang saat kalian pamit pergi ke Mall atau ke Salon, Para Kaum Adam sering menyisipkan sepatah kata atau kalimat ini di  sela-sela sms yang singkat :

"Hati-hati di jalan"
"Kabari Aku kalau sudah sampai"
"jaga diri baik-baik"
dan bla bla bla...

Tapi tahu kah kalian di tengah singkatnya sms itu, Adalah sebuah bentuk perhatian yang Super dalam dari lubuk hati yang terdalam dari seorang Kaum Adam yang hendak mengatakan “I Love you somuch”.

Dan ingat kah, Saat kalian bertengkar dengan Kaum Adam anda, Para Kaum Adam terkadang malah terdiam dan memilih tidur daripada harus berdebat dengan kalian. Namun tahu kah kalian kenapa mereka melakukan itu semua? Itu semua hanya karena mereka ingin mengalah dan tidak ingin menambah masalah semakin panjang, Sebab Kaum Adam mengasihi kalian. Para Kaum Adam memang menggunakan Logika, karena itu memang kodrat Kaum Adam. Tapi bukan berarti Para Kaum Adam tak Berperasaan, Para Kaum Adam tetap berusaha menjaga perasaan kalian sepenuh hati, Walaupun perasaan Kaum Adam terkadang terkesan kaku, Dan untuk diketahui bahwa Para Kaum Adam tidak lah menuntut yang macam-macam, Tapi hanya lah ingin 'Sedikit Perhatian'. Dan juga yang tidak Arogan, Hanya menginginkan sesuatu yang terbaik bagi kalian, Walau terkadang terkesan Egois. Karena sebenarnya Wahai Para Kaum Hawa.. Bersama kalian itu sudah cukup untuk membahagiakan Para Kaum Adam.



"Wahai Sang Hawa..Jika Kau Mengerti Hasrat Sang Adam, Maka Taruh lah Bibirmu Seperti Bintang di Langit, Agar Tulang-tulangku yang Rapuh Terpatri Kembali"

Minggu, 09 September 2012

MENGGAPAI KEBAHAGIAAN – UTOPIA ATAU KENYATAAN?

(renungan)

Kebahagiaan, benda apakah itu sebenarnya? Mengapa setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkannya? Seperti apakah wujudnya? Dapat disentuhkah? Atau abstrak dan tak dapat dilihat dan diraba? Atau itu lebih merupakan alasan bagi para orang tua kita dahulu dalam menerapkan semua nasihatnya kepada kita, supaya kita mau melakukan semua itu?

Hmm..lama sekali aku merenungkan kata ini. Kebahagiaan..bisakah kita memperolehny
a dengan gratis? Atau ada harga yang harus kita bayar untuk hal ini? Berapa harganya? Adakah jumlah tertentu? Bisakah kita menawarnya? Atau sudah harga mati, dan tidak bisa ditukar dengan apapun?
Semakin aku merenungkannya, aku merasakan bahwa kebahagiaan ini terasa rumit di kepalaku. Ya Tuhan..mengapa Engkau membuat sebuah standar yang rasanya sulit untuk diraih. Atau Engkau memang sengaja membuatnya demikian karena memang sepertinya kebahagiaan ini tidak diperuntukkan bagi setiap orang? Apakah itu artinya Engkau tidak adil dalam hal ini?
Ketika aku mencoba membandingkan hidup beberapa orang yang ada di sekitarku, aku menemukan begitu banyak perbedaan yang ada. Dan aku mulai mencoba untuk melihat dan menaruh hidupku di dalam 'sepatu' mereka.
Ada yang dilahirkan dalam keluarga yang sangat minim penghasilannya. Belum lagi dengan anggota keluarga yang banyak, berjubel dalam sebuah rumah yang sangat kecil. Dengan suara-suara yang sepertinya tidak ada habisnya terdengar dari setiap sudut rumah, saking banyaknya anggota keluarga dalam rumah itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana anak-anak mereka bisa belajar dengan tenang. Aku juga tidak heran kalau seandainya keluarga itu dipenuhi dengan pertengkaran dan konflik yang berkepanjangan, karena lihat saja cara mereka bergerak di dalam ruang yang sempit itu. Sedikit saja berjalan tentu akan berpapasan dengan siapapun di dalam rumah itu. Pertemuan-pertemuan itu tentunya akan membuat mereka tidak bisa lepas dengan sebuah masalah. Apalagi jika kondisinya sedang tidak nyaman bagi sebagian mereka.
Hampir tidak ada rahasia diantara mereka. Tua muda, besar kecil tentu akan saling bertukar cerita dengan tidak ada batasan. Yang tua akan tetap menjadi seperti anak-anak, sementara anak-anak mereka akan berubah menjadi dewasa dengan cepat karena apa yang mereka dengar sebenarnya bukan konsumsi mereka.
Namun semua itu tidak terhindarkan, karena situasi memaksa mereka harus bertahan. Pilihan mereka hanyalah tetap ada di sana sampai Tuhan membukakan jalan bagi mereka untuk bisa keluar dari lingkungan itu dan 'terbang' dalam impian mereka masing-masing.
Jika melihat kondisi itu, aku jadi bertanya-tanya...apakah di sana, di tengah semua kerumitan itu...mereka bisa menemukan yang namanya 'kebahagiaan'? Atau bahkan mereka tidak mengerti apa itu 'kebahagiaan' yang sebenarnya?
Sebaliknya, ada keluarga yang dilahirkan dengan segala kecukupan bahkan kelimpahan.
Dengan rumah yang relatif sangat besar, di dalamnya hanya diisi oleh 2 atau 3, atau 4 orang paling banyak. Kontras dengan kondisi yang sebelumnya, rumah ini terasa sangat lengang. Belum lagi dengan masing-masing memiliki kamar masing-masing yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan kebutuhan mereka di dalamnya, membuat mereka tidak merasa perlu terlalu banyak keluar dari kamar mereka, maka semakin lengkaplah kesunyian yang terasa di rumah itu.
Hanya sesekali dalam sehari, atau bahkan dalam beberapa hari saja mereka akan berkumpul di tengah ruang yang disebut 'ruang keluarga'. Itupun hanya terjadi beberapa jam saja. Sisanya, mereka akan lebih banyak berada di kamar pribadi dan sibuk dengan berbagai kegiatan masing-masing.
Kesunyian seperti ini sangat biasa di dalam rumah ini. Tidak ada yang komplen, dan tidak ada yang merasa aneh. Semuanya asyik dengan dirinya masing-masing.
Mengenai hal inipun aku bertanya-tanya..apakah ini yang namanya 'kebahagiaan'? Aku meragukannya juga.
Semua orang sibuk mencari 'kebahagiaan'. Dan semua orang meng-klaim bahwa mereka sedang berjalan mengupayakan 'kebahagiaan' itu bisa ada di dalam rumah mereka masing-masing.
Namun kalau aku boleh katakan dengan jujur...tidak ada 'kebahagiaan' yang langgeng di dunia ini. Semuanya bersifat sementara, dan sepertinya standar 'kebahagiaan' itu memiliki level yang terus berjalan sesuai dengan harapan dan standar dari setiap orang yang mengejarnya.
Apakah 'kebahagiaan' itu berjalan lurus dengan 'kepuasan'? Yaa..aku rasa begitu. Karena sepertinya, dua kata ini akan terus beriringan dalam pengertiannya. Tidak akan ada kebahagiaan tanpa kepuasan di dalam hidup ini. Kita bisa berkata bahwa kita bahagia jika kita merasa puas dengan apa yang kita miliki atau kita capai.
Sebaliknya, kita tidak pernah bisa merasa bahagia ketika kita tidak merasakan kepuasan dalamm hidup kita. Dan yang menjadi masalah, kepuasan itu pun ibaratnya seperti ban yang dapat berjalan. Semakin kita kejar semakin menjauh dari jangkauan kita. Dengan kata lain, kepuasan itu tidak ada batasan yang jelas. Akibatnya, kebahagiaan itu pun semakin sulit untuk diraih, karena kita pada akhirnya tidak akan pernah merasa puas.
Ada kalanya kita akan sampai di satu titik yang bisa membuat kita berkata bahwa kita merasa 'bahagia'. Namun di saat lain, bahkan bisa jadi itu tidak terlalu lama dari titik tersebut..dan kita akan merubah pendapat kita dan akan bertanya-tanya, 'Apakah kebahagiaan itu sebenarnya? Dan dimanakah kebahagiaan itu?'
Pertanyaan itu benar-benar membuat pernyataan sebelumnya yang dirasakan itu benar-benar hilang tak tentu rimbanya. Menguap bersamaan dengan detik-detik di mana ia mulai menaikkan standar dari 'kepuasan' tersebut.
Jika demikian kenyataannya, bagaimanakah caranya supaya hidup kita bisa benar-benar merasa bahagia? Supaya segala jerih payah kita benar-benar bisa kita nikmati dan membuahkan hasil dalam hidup kita?
Ingatkah ketika Tuhan berkata ,'janganlah engkau menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya beruntung hidupmu?' Bukankah sangat membahagiakan jika bisa selalu beruntung di dalam hidup kita? Pesan yang sungguh dalam dariNya pada hari ini adalah supaya kita tidak menyimpang dari semua ajaranNYA.
Standar hidup kita boleh saja kita taruh tinggi-tinggi. Tapi ada standar yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu standar dari Tuhan sendiri. Dan bersamaan dengan itu, ketika kita benar-benar menaruh fokus kita kepada standar yang Dia tetapkan, maka tentunya ketika kita berhasil mencapainya, maka 'kepuasan' yang sebenarnya akan kita dapatkan. Dan hasilnya akan memberikan 'kebahagiaan' yang kita dambakan.

Kamis, 23 Agustus 2012

1 JAM YANG TAK TERNILAI

 (renungan)

Seorang pria pulang kantor terlambat, dalam keadaan lelah dan penat, saat menemukan anak lelakinya yang berumur 5 tahun menyambutnya di depan pintu.

“Ayah, boleh aku tanyakan satu hal?”
“Tentu, ada apa?”
“Ayah, berapa rupiah ayah peroleh tiap jamnya?”
“Itu bukan urusanmu. Mengapa kau tanyakan soal itu?” kata si lelaki dengan marah.
“Saya cuma mau tahu. Tolong beritahu saya, berapa rupiah ayah peroleh dalam satu jam?” si kecil memohon.
“Baiklah, kalau kau tetap ingin mengetahuinya. Ayah mendapatkan Rp 20 ribu tiap jamnya.”

“Oh,” sahut si kecil, dengan kepala menunduk. Tak lama kemudian ia mendongakkan kepala, dan berkata pada ayahnya, “Yah, boleh aku pinjam uang Rp 10 ribu?”


Si ayah tambah marah, “Kalau kamu tanya-tanya soal itu hanya supaya dapat meminjam uang dari ayah agar dapat jajan sembarangan atau membeli mainan, pergi sana ke kamarmu, dan tidur. Sungguh keterlaluan. Ayah bekerja begitu keras berjam-jam setiap hari, ayah tak punya waktu untuk perengek begitu.”

Si kecil pergi ke kamarnya dengan sedih dan menutup pintu. Si ayah duduk dan merasa makin jengkel pada pertanyaan anak lelakinya.
Betapa kurang ajarnya ia menanyakan hal itu hanya untuk mendapatkan uang? Sekitar sejam kemudian, ketika lelaki itu mulai tenang, ia berpikir barangkali ia terlalu keras pada si anak. Barangkali ada keperluan yang penting hingga anaknya memerlukan uang Rp 10 ribu darinya, toh ia tak sering-sering meminta uang. Lelaki itu pun beranjak ke pintu kamar si kecil dan membukanya.

“Kau tertidur, Nak?” ia bertanya.
“Tidak, Yah, aku terjaga,” jawab si anak.
“Setelah ayah pikir-pikir, barangkali tadi ayah terlalu keras padamu,” kata si ayah. “Hari ini ayah begitu repot dan sibuk, dan ayah melampiaskannya padamu. Ini uang Rp 10 ribu yang kau perlukan.”

Si bocah laki-laki itu duduk dengan sumringah, tersenyum, dan berseru, “Oh, ayah, terima kasih.”
Lalu, sambil menguak bantal tempatnya biasa tidur, si kecil mengambil beberapa lembar uang yang tampak kumal dan lecek.
Melihat anaknya ternyata telah memiliki uang, si ayah kembali naik pitam. Si kecil tampak menghitung-hitung uangnya.

“Kalau kamu sudah punya uang sendiri, kenapa minta lagi?” gerutu ayahnya.
“Karena uangku belum cukup, tapi sekarang sudah.” jawab si kecil.
“Ayah, sekarang aku punya Rp 20 ribu. Boleh aku membeli waktu ayah barang satu jam? Pulanglah satu jam lebih awal besok, aku ingin makan malam bersamamu.”

Terkadang kita terlalu asyik dengan dunia kita sendiri tanpa mempedulikan orang2 di sekitar kita yg merindukan kita, membutuhkan kasih sayang kita, membutuhkan perhatian kita.

Semoga kisah ini bisa menggugah agan2 sekalian terutama kaskuser2 yang udah punya anak, jgn pernah melupakan kasih sayang kita

Rabu, 20 Juni 2012

Keajaiban Matematika


semua ilmu datangnya dari Allah
SWT, begitu juga Matematika:
1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321

1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 + 10 = 1111111111

9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888

Hebatkan?

Coba lihat simetri ini :

1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 123456789876543 21
kurang hebat,,,,!!!!
Sekarang lihat ini
Jika 101% dilihat dari sudut pandangan Matematika, apakah ia sama dengan 100%, atau ia LEBIH dari 100%?
Kita selalu mendengar orang berkata dia bisa memberi lebih dari 100%, atau kita selalu dalam situasi dimana seseorang ingin kita memberi 100% sepenuhnya.
Bagaimana bila ingin mencapai 101%?
Apakah nilai 100% dalam hidup?
Mungkin sedikit formula matematika dibawah ini dapat membantu member jawabannya.
Jika
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Disamakan sebagai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Maka, kata KERJA KERAS bernilai :
11 + 5 + 18 + 10 + 1 + 11 + 5 + 18 + 19 + 1 = 99%

H-A-R-D-W-O-R-K
8 + 1 + 18 + 4 + 23 + !5 + 18 + 11 = 99%

K-N-O-W-L-E-D-G -E
11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96%

SKILL
19 + 11 + 9+ 12 + 12 = 63

ACTION
1 + 3+ 20+ 9+ 15+ 14 = 62

A-T-T-I-T-U-D-E
1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100%

Sikap diri atau ATTITUDE adalah perkara utama untuk mencapai 100% dalam hidup kita. Jika kita kerja keras sekalipun tapi tidak ada ATTITUDE yang positif didalam diri, kita masih belum mencapai 100%.
Tapi, LOVE OF GOD
12 + 15 + 22 + 5 + 15 + 6 + 7 + 15 + 4 = 101%
atau, SAYANG ALLAH
19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7 + 1 + 12 + 12 + 1 + 8 = 101%

jadi untk mencapai 101% harus
SAYANG ALLAH.

Senin, 11 Juni 2012

mencintaimu



Mencintaimu adalah hal yang terindah
Memimpikanmu adalah sesuatu yang membahagiakan
Merindukanmu takkan pernah membosankan
Namun…
Aku sadar, sangat sadar
Bahwa tuk memilikimu
Adalah hal yang paling tak munkin
Ada sebuah dinding pemisah terbentang luas membuat terbatas
Dirimu sudah ada yang memiliki
Begitu juga diriku ini
Dan hanya pertemanan saja yang dapat menyatukan kita
Maafkan aku yang telah lancing mencintaimu
Tak seharusnya ini semua terjadi

Selasa, 01 Mei 2012

PAHLAWAN KESANGAN




Pada saat aku tidur aku bermimpi, tapi mimpi itu seolah-olahnyata senyata-nyatanya hidup. Dalam mimpi itu aku juga bisa merasakan sakit saat di cubit maupun di tampar. Aku juga tak bisa bernafas saat ku tutup hidungku. Tapi anehnya aku sadar kalau itu bukan dan seberapapun aku berusaha bangun tapi seolah-olah ada yang menghalangiku untuk kedunia nyata yang ku inginkan.

Mungkin hampir satu jam lebih aku berusaha sadar dari mimpiku tersebut. Dengan baju entah dari mana ku pakai ini yang sangat ketat sehingga menunjukkan lekuk tubuhku aku meloncat, berlari dan berguling-guling untuk menyadarkanku dari mimpi. Tapi hasilnya nihil, aku masih berada di dunia mimpi. Baju biru itu seperti benar-benar menyatu dengan kulitku sehingga saat bererak baju itu ya tetap seperti semula, tetap seperti kulit yang sangat nyaman. Sehingga keringat yang seharusnya mengucur sama sekali tak ada.

Di dunia mimpi itu aku berada di ruangan yang sangat luas bahkan aku tak bisa melihat ujungnya karena terlalu luasnya. Ruanganya gelap tapi aku masih bisa melihat. Sedikit ada kabut putih di sana sini. Lantai tegelnya berwarna hitam dengan atap yang juga hitam. Tegelnya halus dan dingin seperti marmer. Mungkin kalau dipikir-pikir seperti berdiri di ruang angkasa yang tak ada bintang-bintang dan yang ada malah kabut putih.

Setelah capek aku berhenti dan tidur-tiduran di lantai yang dingin tersebut dan masih berpikir apa yang terjadi. Seperti mimpi biasa, kita tak tahu dari mana ujung awal muasal kita awal kita berada disini dan kapan kita kesiani dan tahu-tahu kita berada di sini. Mmpi tetap lah mimpi dan saat itu aku benar-benar sadar kalau ini hanya mimpi yang hidup. Pokoknya susah di jelaskan bentuk mimpi itu.

Dari arah kananku terdengar suara langkah seorang yang menggunakan sepatu fantofel. Aku tak tahu itu dari arah timur atau utara, selatan atau barat karena disana semua sudut terasa sama. Sura langkah sepatu itu makin mendekat tetapi akau masih belum bisa melihat siapa orang yang ada disana. Sambil menunggu langkah itu mendekat aku memejamkan mata. Aku berharap orang tersebut bisa menjelaskan semuanya.

Dalam mimpi itu aku dapat tertidur sangat nyenyak dan bangun saat aku melihat seorang kakek berjenggot putih dan berbaju putih di sampingku. Dia berdiri disampingku lalu mengucapkan salam, kubalas salamnya dan aku berdiri berhadapan denganya. Lalu seperti bisa seperti bertemu kawan lama kujabat tanganya. Tetapi saat ingin kulepas jabatan tangan tersebut sang kakak malam menjabat tangnku makin keras.

Di saat itu sang kakek berbicara padaku, “kutitipkan sebuah mata ketiga yang bisa melihat menembut baju, tembok bahkan bisa melihat sampai 3 km, gunakan baik-baik”.

Saat aku berusaha mencerna perkataan kakek tersebut aku terseret sebuat angin yang kencang yang mendorongku  ke belakang. Tanpa sempat bertanya ini itu pada sang kakek aku terbang melayang tak karuan mengikuti angin. Kulihat disana sini semuanya hitam dan gelap dan hanya sedikit kabut putih.  Dari kejahuan aku melihat sebuah lubang berwarana putih berbentuk seperti pusaran air yang bergerak. Sepertinya angin tersebut bersal dari pusaran tersebut. Lalau tubuhku masuk kedalam lubang putih yang seolah-olah menyeretku itu.

Setalah masuk kedalam lubang tersebut mataku terpejam dan saat ku buka mata aku sudah berada di dalam kamar kostku yang luasnya 3x2m. aku sadar tadi hanya mimpi dan aku sekarang sudah terbangun dari mimpi. Ku coba merenungi perkataan kakae yang ada di mimpiku itu tapi saat bangun aku sama sekali tak bisa mengingtanya.

Seperti biasanya pagi itu setelah sholat subuh aku tidur lagi dan baru bangun sekitar jam tujuh saat akan berangkat kuliah. Sehabis keluar kamar kuambil handuk yang tergantungan dan aku melangkah ke kamar mandi. Kulihat kamar madi sepertinya sedang di pakai. Dalam hati aku bertanya sapa orang yang sedang madi tersebut.

Kutatap beberapa detik pintu kamar mandi lalu tiba-tiba sereetttt….. seolah-olah kamat mandi itu kehilangan tembok dan pintunya sehingga aku bisa melihat si Toni sedang mandi. Toni yang berbadan gemuk itu sedang memaki sabun mandi dan menggosok perutnya yang seperti agar-agar. Lalu kulihat di bawah perutnya, masaalloh…… kulihat bulu-bulu disekitar pahnya dan mr.p nya. Sehabis itu kupejamkan mata sedentara lalu sreetttt….. kamar mandi itu kembali memiliki pintu dan dinding lagi sehingga aku tak melihat tubuh Toni yang bugil lagi.

Dari situ aku sadar aku memiliki sebuah kemampuan melihat benda-benda yang berada di suatau benda lain yang seharusnya tak terlihat oleh mata menjadi bisa terlihat oleh mata. Saat itu aku benar-benar bersukur akan kemempuan baruku ini. Aku berjanji akan menggunakan sebaik-baiknya.

Tiba di kampus aku bertemu dengan teman-temanku, kusapa mereka tetapi aku tak memberitahu apa yang telah terjadi padaku pada teman-temanku. Tak satupun yang tahu selain aku, itu janjiku. Pada saat perkulihanan pak Tora yang yang membosankan aku mencoba kemampuanku sejah apa. Ruang perkulihan yang berderet-deret seperti kereta tersebut bisa kulitat satu-persatu kegitanyanya tanpa aku harus melangkah. Mulai ruangan samping ruanganku yang sedang di ajar bu Warna, ujian di ruang berikutnya, lalu ruang yang dipakai jurusan lain hingga sampai ujung ruangan yang berupa kantin dapat kulihat. Padalah berpuluh-puluh tembok penghalanya tetapi aku masih bisa melihatnya.

Setelah perkulihan selesai aku menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku. Dari rak-rak buku yang ada di perpustakaaan tersebut aku bisa melihat kegitan-kegiatan di balik masing-masing rak buku. Mulai mahasiswa yang membaca, mengobrol hingga di rak paling ujung yang berisi buku ber bahasa asing yang jarang di kunjungi mahasiswa kulihat si Ani dan si Jono yang sedang berciuman dengan meranya. Setelah selesai mengembalikan buku aku menuju tempat mereka berdua. Adegan ciuman tersebut masih berlangsung.

Sambil melangkah pelan aku mendekati mereka. Dan “DARRR….!!!” Ku kagetkan mereka berdua dengan teriakanku. Si jono yang kelihatan alim itu tertunduk maliu melihat kelakuannya kepergok olehku. Setelah itu mereka ngajir keluar tanpa permisi padaku. Tak kusangka si Jono yang super duper alim tersebut mau melakukan hal seperti itu di tempat umum.

Setelah puas mengerjai mereka berdua aku pulang ke kost. Jam satu siang memang sangat panas dan enakan di kost menyalakan kipas angin, copot baju dan tidur. Saat sampai di kost kulihat karar-kamar kost tertutup entah penghuninya pergi atau sedang mengurung diri di kamar. Dengan kemapuanku kulihat masing masing kamar. Kulihat hampir semua kamar kosong tanpa penduduk dengan meninggalkan berbagai buku, baju, tas dan gitar berserakan di dalam kamar.

Hanya satu kamar yang berhuni yaitu milik si Ari. Kulihat Ari sedang melihat sebuah film dari leptopnya sambil tiduran. Tetapi aku sama sekali tak bisa melihat film yang di tontonya karena berada membelakangi pandanganku. Lalu aku masuk kamar dan siap-siap tidur siang. Kulirik lagi melewati tembok-tembok ke kamr Ari, kali ini layar leptop Ari menghadap ke arahku dan ari yang menghadap membelakangiku. Dari situ kulihat Ari melihat film biru. Masaalloh…. Apa yang dilakukan temnku satu ini? Ternyata dia mempunyai film seperti itu di leptonya.

Terpikir lagi untuk mengerjai temanku tersebut, ku berjalan ke kamarnya dari kemampuanku kulihat pintu kamarnya tak terkunci hanya tertutup saja. Kuambil kesempatan yang akan membuatnya malu seumur hidup, dengan sabar kutunggu kesempatan tersebut. Pada saat Ari menurunkan tangannya dan mulai bermin dengan denga senjatanya yang telah menegang dan di keluarkan sedikit diluar celana. Kubuka kamarnya. Selebar-lebarnya malahan.

Ekpresinya sangtalah kaget, wajahnya pucat, bingung, malu dan entah apa yang dipikirkannya. Senjatanya segera di masukkan sarang, leptopnya di tutup tanpa di matikan lebih dulu. Lalu aku mendekat kepadanya yang sedang tidur dengan ekpresi pucat tanpa mengatakan apa-apa.
Aku : ada apa Ar? Koq kelihatnya kaget. Tanyaku seolah-olah tak tahu yang terjadi.
Ari : ga, ga, ga apa-apa koq. Cuma kaget. Sambil berusaha duduk dari tidur-tiduranya.
Ku dekati dia tanpa ba bi bu be bo tangan kananku berlari menujunselangkangnya dan kuremas senjatanya. “Hahhaaaa….” Aku tertawa melihatnya kaget. Dan kubilang lanjutkan ga usah malu. Entah setan apa yang  masuk ragaku tapi aku ikut ari melihat film tersebut. Hingga aku kepengen kencing dan kencing duluan dari pada Ari.

Beberapa hari setalah itu yang kulakauan hanya sebatas itu saja tak lebih. Lalau muncul sebuah kebosanan yang sangat mendalam. Aku hanus akan kemampuanku, aku ingin bisa melihat lebih dan lebih. Hinga di suatu siang saat pelajaran pak Ihasn.

Saat itu aku duduk di bangku agak belakang. Depanku duduk seorang cewek bernama Nelsa entah sengaja atu tidak karena mamakai baju yang minim sebagian punggung bawah yang bersinggungan dengan celanya sedikit terbuka. Sehingga dapat terlihat celana dalamnya yang berwarana merah. Sontak saja kami kaum adam yang di belakangnya langsung berpikir yang melayang-layang kemana-mana (normal).

Entah karena apa waktu itu aku langsung melihat menembus bajunya. Kulihat selurauh tubuhnya tanpa sehelai benang dan itu semua membuatku sangat terangsang hingga aku tak bisa menahanya. Gara-gara itu aku sama sekali tak bisa konsen pada perkulihan dan malah aku merasa gerah di kelas. Dengan berpikir panjang ahirnya kuputuskan untuk pergi kebelakang.

Di kamar mandi kulakukan sewajarnya laki-laki sambil berdiri. Kulihat menembus tembok si Salim yang  tadi duduk di sampingku juga ikut menyusul kekamar mandi. Tetapi dia beneran kencing tak seperti ku. Saat dia memanggilku kujawab saja aku sedang boker. Entak kenapa lama sekali keluarnya, mungkin karena bukan tempat yang begitu nyaman sehingga sangat lama keluarnya.

Setelah selesai aku kembali ke ruang kuliah dan saat di tanya sama teman dan dosen kubilang sakit perut. Setelah itu aku mulai bisa konsentrasi dan berusaha mengndalikan penglihatan menemus tembokku itu. Aku berusaha untuk menahannya agar tak melewati batas wajar seperti tadi.

Tetapi hari esoknya malah lebih parah lagi. Aku melihat beberapa teman berlainan jenis dengan kemampuanku sehingga mebuatku tak tahan untuk menyalurkannya. Ahirnya aku seperti orang yang ketagihan. Aku melihat semua orang seperti suku pedalaman yang tak pernah memaki baju. Entah itu cewek ataupun cowok yang jelas semua terlihat telanjang bebas di mataku.

Entah di kamar, kampus bahkan di tempat-tempat umum aku menyalurkan hasrat yang benar-benar menggebu. Kuliahku mapir terceceran gara-gara hal itu semua, pikirkanku melayang-layang kesan kemari tetapi tak berani menyalurkan secara nyata karena takut akan dosa yang lebih besar.  Teman-temanku pun mulai heran akan keanehan ku yang sering izin ke kamar mandi. Semua menasehati ku ini itu agar aku tak diare lagi, padahal aku tak sakit perut.

Ahirnya aku sangat frustasi akan kemampuanku ini. Rasanya aku sudah tak tahan untuk melepaskan kemampuanku ini. Aku ingin bebas dan lepas dari hasrat yang kumiliki. Tapi aku tak tahu caranya.

Jam terus berputar. Hari masih terus berganti. Bulan-menjadi bulan.  Tahun telah beberapa kali berganti. Aku lulus pada semester 10, tiga semester mundur dari jatwal. Itu semua karena kemampuanku. Sekarang aku sudah bekerja di sebuah perusahaan besar, jabatanku sudahtak tanggung-tanggung lagi dengan gaji yang melebihi dari mimpiku dulu.

Orang tuakau hampir setiap hari bertnya kapan kawan, kapan nikah, sekarang sedang dekat dengan sapa bahkan sampai aku di bilang orang Homo. Sebenarnya aku masih normal tetapi ketika melihat tubuh wanita aku sudah tak terangsang sama sekali. Melihat tubuh telanjang wanita itu seolah-olah itu hal yang biasa saja. Seperti melihat sapi atau kuda yang bugil saja. Tak terangsang sa sekai.

Dugaanku ini karena aku sudah terlalu lama menikmati setiap lekuk tubuh wanita kapanpun dan dimanapun walaupun tak menyentuh tubuhnya sama sekali. Ini akibat kemampuanku yang sangat tidak aku inginkan. Seharusnya aku dengan kemampuanku itu bisa menjadi pahlawan tetapi malah aku yang terjebak dam kenistaan.

Aku adalah pahlawan yang kesiangan. Yang tak bisa menolong tetapi perlu pertolongan. Orang yang di beri ilham berupa kemampuan lebih tetapi malah minta bantuan kepada manusia normal.

Kamis, 19 April 2012

Pulang Malam Yang Gelap dan Hujan


Kemarin karena ibu sakit dan keponakanku sakit aku jadinya pulang. Setengah mendadak tanpa pikir panjang sore itu aku pulang juga. Tanpa banyak barang yang ku bawa aku langsung tancap gas untuk segera sampai rumah. Sekitar jam 4 sore stelah mengumpulkan laporan pratikum aku langsung pulang.

Belum sampai jarak 5 km tiba-tiba langsung hujan deras. Padahal cahaya matahari masih bersinar, udarapun massih sangat panas tetapi di wilayah itu hujan deras. Ahirnya aku putuskan untuk berhenti dan memakai jas hujan. Yang jelas bukan aku saja yang berhenti utuk memakiaj jas hujan, tetapi para pengndara montor lain.

Belum sampai jarak 5 km lagi cuaca kembali terang benderang. Ahirnya ku copot jas hujannya. Untung jas hujanku seperti jaket yang mudah di pakai dan di lepas. Tapi yang paling malas pakai sepatu, karena aku ga bawa sandal jadi kalau hujan sepatu kumasukin k etas dan saat terang kupakai lagi.

Lagi-lagi masih jarak berapa km, masih berapa menit jalan hujan lagi. Padahal cahaya matahari tak tertutup mendung sore itu, dan kulihat awan tak tebal tetapi kenyataanya hujan sangat deras sekal. Di sebuah gapura ku pakai lagi jas hujanku dan ku copot  sepatuku.

Ahirnya aku naik sepeda motor tanapa sepatu. Air hujan membasahi kakiku, rasanya dingin. Tetes hujan mengenai wajahku dan rasanya panas. Tapi tetap kulaju sepeda motorku. Walaupun hujan ahirnya turun rintik-rintik tak sederas tadi dengan tanpa sepatu sepeda motor ku pacu.

Hingga ahirnya hujan benar-benar berhenti reda dan kulihat langit di arah tujuanku terang tak berawan aku  kembal melepas jas hujanku. Di sebuah emeran toko tutup kulipat dan kumsukkan jas hujanku. Kupakai lagi sepatu dan kaos kalinya. Kuturunkan celana yang tadinya kusingsingkan hingga lutut dan kulaju lagi sepeda motorku.

Tiba di perempatan batu kulirik jam sudah menunjukkan angka 1,5 jam lebih dari waktu awal aku berangkat. Ku dengar juga sayup-sayup rekaman Al-Quran pertanda magrib hamr tiba. Padalah kalau biasanya hanya perlu satu jam aku sampai daerah itu tapi hari ini 1,5 jam lebih. Mungkin karena aku 4X berhenti ditambah hujan deras sehingga aku tak bisa memacu sepeda motorku dengan cepat.


Karena sudah waktunya sholat magrib dan kemungkinan sampai rumah jam sholat magrib telah habis maka aku segera cari masjit. Kuputuskan berhenti di masjit yang biasanya kupakai beristirahat saat pulang kerumah seperti ini. Saat sebelum salat langit masib belum terlalu gelap, kulihat banyak orang dari luar kota yang seperti aku juga sedang akan menjalankan sholat. Ahirnya kami sholat berjamaah di sana dengan orang-orang dari luar kota semua.

Sehabis sholat magrib dan berzikir aku segera keluar. Kuliah gelap mulai datang, bintang di barat juga sudah bersinar. Tanpa pikir panjang ku segera melaju kendaraan. Sebelumnya ku nyalakan sebuah rokok yang kubawa dari rumah agar dapat mengurangi dinginya udara malam.

Saat itu aku teringat terahir kali pulang malam. Jalanya gelap tanpa lampu jalan, kanan kiri hany ada sawah dan kebun penduduk dan aku biasanya mengikuti mobil atau sepeda motor yang sama-sama melaju searah untuk menenagkanku akan kesepian. Setalah sholat itu aku segera mengikuti sebuah mobil yang searah jalan ku.

Benar dugaanku, jalanya sangat sepi dan gelap. Hanya sesekali aku lihat truk dari arah berlawanan. Sudah jalanya berliuk-liuk tanpa ada pembatas jalan yang menyala hampir-hampir aku masuk ke sawah kalau tak ada mobil di depanku. Habis jalanya benar-benar gelap, walaupun lampu jarak jauh sudah di nyalakan tapi tak terlihat di depan itu sawah atau jalan.

Mendekati jalanan yang naik turun udara dingin terasa, sepertinya hujan akan datang firassatku dalam hati. Dan benar saja saat jalanan menanjak hujan langsung turun dengan deras tanpa di dahului hujan rintik-rintik. Saat itu juga ku segera mencari emperan toko atau rumah yang bisa buatku berteduh untuk memaki jas hujan dan melepas sepatu. Karena jalanya menanjak dan menurun tajam cukup susah aku mencari tempat yang kumaksut. Hingga kulihat lampu sepeda motor yang menikung dari jalan yang menandakan sepeda motor tersebut akan berteduh. Kuikuti arah sepeda motor tersebut yang ternyata berhenti di depan emperan toko yang tutup.

Di emperan toko tersebuh sudah banyak pengendara lain yang sudah terlebih dahulu berteduh. Tanpa pikir panjang ku ikut berteduh dan kupaki lagi jas hujanku. Kulihat nama daerah toko tersebut dank u tahu jarak ke rumah tiggal 1-1,5 jam lagi. Karena terlalu banyak yang berteduh ahirnya kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan. Seingatku juga daerat itu kalau hujan hanya di satu tempat saja dan di luar daerah yang tak hujan yang ada terang benerang tanpa setetes hujanpun.

Dengan pedenya karena merasa beberapa kilo lagi paling tidak hujan, kupacu lagi sepeda motorku. Tanpa sepatu udara malam itu terasa sangat dingin di kaki ditambah kaki yang basah karena air hujan menjadi sangat dingi. Mungkin juga karena hujan  jalan menjadi sangt sepi.

Tadi yang rencananya mencari mobil atau motor yang jalanya searah agar tidak merasa berjalan sendiri kali ini tak kutemukan satu kendaraan bermotorkun yang kulihat. Padahal malam itu benar-benar gelap tanpa penerangan, ditambah hujan jarak pandang tak lebih dari 5-10m saja. Kupacu sepeda motorku agak lambat, yang kulihat di jalan buka jalanya atau pohon di pinggir jalan. Yang kulihat garis putih yang berada di tengah jalan karena hanya garis itu yang terlihat tidak hitam saat malam.

Pada daerah yang menikung berulang kali aku hanpir terjatuh karena masuk jalan yang berlubang. Habisnya tak terlihat jaln tersebut berlubang atau tidak karena tergenag air. Garis putih di tengah jalanpun juga tertutup air jadinya aku susah menemukan mana jalan beraspal dan mana jalan tanah.


Hampir setengah jam lebih aku seperti orang buta yang hanya meraba-raba jalan saja. Hanya terkadang kilatan halilintar yang memberiku petunjuk jalan di depanku. Sehingga aku tahu saat akan menikung dan jalanan naik atu trun. Kilatan itu hanya beberapa detik saja menerangiku sebelum langit menjadi gelap lagi.

Hingga kulihat di depan ada cahaya merah dari kendaraan bermotor. Bukan Cuma satu tapi ada beberapa, karena semangatnya aku melihat ada teman di jalan segera kususul cahnya itu. Cahanya itu ternyata dari sebuah truk yang di belakangnya sepeda motor yang kuperkirakan yang mengendarai ibu-ibu. Mungkin ibu itu seperti aku yang mencari teman atau sekedar kendaraan bermotor yang sejalan denganya agar perjalanan di malam hari tidak terlalu menakutkan.

Hanya sekitar 15 menit saja aku dan ibu itu mengikuti truk di depan kami. Sebuah tanjakan yang curam membuat truk itu ahirnya mogok karena tak kuat untuk naik. Hingga ahirnya di malam yang gelap gulita itu hanya aku dan ibu itu saja yang terlihat. Ibu lebih melaju di belakangku, saat aku berjalan cepat ibu itu juga berjalan cepat dan saat aku melambat ibu itu juga berjalan melambat.  Hingga kulihat di depan ada cahanya kendaraan bermotor lagi dank u susul kendaraan tersebut. Kali ini cukup beruntung karena yang melaju tidak hanya satu tetapi ada 6 kendaraan bermotor.  2 mobil dan 4 sepeda motor. 2 mobil cheri, satu Honda megapro, satu Yamaha Jupiter, satu Honda supraX dan stunya Honda Vario dutambah aku dan itu tadi jadinya kita berjalan beriringan.

Cukup lama hujan itu terasa tak segera berhenti. Mungkin karena melaju ku yang tak cepat mungkin juga karena memang hujan yang merata. Tapi robongan kendaraan kami memang melaju tak lebih dari 40km/jam. Jelas alansanya, hujan yang sangat lebat dan tanpa ada penerang jalan mebuat semua lebih berhati-hati dalam melajukan kendaraanya.

Rombongan itu ahirnya terpecah setelah satu mobil cheri menikung di jalanan makadam desa dan yang satunya berhenti di sebuah rumah yang tak ada lampunya. Perkiraanku saat itu mungkin sedang pemadaman listrik karena hujan yang sangat lebat itu. Tingallah 6 sepeda motor yang melaju beriringan. Sang megarpro berusaha melaju kencang, diikuti jupiterZ dan akupun mengikuti mereka. Sedang supraX, Vario dan ibu yang tadi mengikutiku masih melaju  jauh di belakang kami.

Aku mengikuti megapro tersebut karena ingin cepat sampai rumah. Walaupun kami melaju cukup cepat pada saat hujan seperti itu oleh bantuan cahanay sepeda motor kami bertiga jalan agak terlihat tak segelap tadi. Inrinagn 3 sepeda motor kami itu berpencar pada perematan sebuah terminal yang sudah tak segelap tadi karena jalanannya sudah ada penerang jalan. Sang penegndara megapro belok ke kanan. Aku lurus kedepan. Dan sang pengendara jupiterZ yang di belakangku kuliaht belik kea rah kiri.

Dari situ aku sedikit berani berjalan sendiri karena jalanan tinggal lurus saja tanpa tikungn yang berkelok-kelok lagi. Ditambah dari situ sudah ada penerangan jalan walau jarang-jarang. Rumah-rumah penduduk dan toko-toko juga sudah mulai ada di bandingkan jalanan gelap yang kanan kiri hanya sawah dan kebun tadi.

Walaupun hujan masih turun tapi sudah tak sederas tadi. Jari-jari kakiku sudah mulai terasa membeku dan mengerut. Nafasku sudah berembun di kaca helem yang kupakai.

Tiba di perbatasan kotaku yang sekaligus perbatasan propinsi aku sudah lebih tenag lagi. Kendaraan bermotor sudah terlihat sedikit ramai, hujannya juga sudah tinggal rintik-rintik kecil. Walaupun begitu aku mengikuti sebuah mobil karena sebelum masuk kota akan melewati tikungan pisang yang melengkung panjang dan kanan kirinya hutan. Bukanya aku takut akan keadaan itu tetapi memang keadaanya menakutkan.

Setelah melewati tikungan pisang itu jalanan tinggal lurus selurus-lurusnya untuk masuk kota. Anehnya juga setalah tikungan tersebut hujan berhenti total.  Udarapun sudah tak seperti tadi yang sangat dingin walaupun sudah pakai jas hujan anti angin dan air.


Di sebuah emperan rumah di pinggir jalan yang terdapat pagar tinggi ku berhenti tuk melepas jas hujanku kembali. Kulirik jam sudah menunjukkan jam 8 malam, 4 jam perjalanan telah kulewati. Padahal bisanya hanya 2,5-3 jam untuk sampai rumah dan ini 4 jam masih belum sampai rumah. Tak lupa kulihat Hp dan ternyata ada 4 SMS yang menumpuk tak terbaca. Dua dari ibu yang menanyakan aku, satu dari kakakku yang menayakan sudah sampai mana dan satu dari cewekku yang minta di jemput. Yang terahir sungguh sial karena aku lupa tak bilang kalu aku pulang kerumah.

Perjalanan menuju kota kabupatenku cukup menyenagkan. Kusempatkan membeli roti bakar untuk ibu dan kepoakanku yang sakit. Kalu kakakku tidak usah karena dia di rumahnya sendiri, Cuma anaknya saja yang di titipkan ke ibu karena pembantunya juga sakit. Dari pada tak ada yang merawat di rumah karena kedua orang tuanya kerja ahirnya anaknya di titipkan ke ayahku. Dan ternyata ibuku ahirnya juga tertular sakit.

Perjalanan dari kota kabupaten ke kecamatan rumahku berada berjarak 30 menitan. Disana melewati perkebunan kayu putih bahan untuk menyak kayu putih. Nah saat di tengah-tengah perkebunan tersebut hujan deras datang lagi. Mau tak mau kulaju saja sepeda motorku karena aku tak mau berhenti di tenagh-tengan pepohon kayu putih tersebut. Ya cerita dari cerita katanya di daerah tersebut masih ada perampok jadi aku lebih memlih terus jalan. Apalagi bukan aku saja yang menembus derasnya hujan di tengah hutan kayu putih tersebut. Masih banyak yang melaju menembus derasnya hujan karena takada yang mau berhenti di tengah pepohonan tersebut.

Sebelum masuk perbatasana kecapatan rumahku hujan telah berhenti. Baju, celana, sepatu dan helmku basah kuyup. Mau tak mau besuk pagi semuanya harus di jemur. Sampai di rumah sudah jam 8.40 malam.

Saat masuk di rumah keponakanku masih belum tidur padalah biasanya jam 7 sudah tidur. Menurut ayah dia menunggu aku pulang baru mau tidur. Sedangkan ibu baru saja muntah. Saat masuk rumah dengan keadaan basah kuyup keponakanku itu berlari menyusulku dan memelukku. Tapi karena aku basah kuyup ahirnya kusuruh berhenti karena aku takut dia tambah sakit.

Setelah mengeringkan diri dan ganti baju lalu ku masak air panas. Kubuatkan susu untuk keponakanku yang usianya masih 3,5 tahun tersebut, teh untuk ibu dan kopi untukku. Tak lupa kubikinkan mie intan untukku sendiri. tapi kenyataanya mie itu yang makan aku, ibu dan keponakanku. Sedangkan ayah segera beristirahat karena besok kerja dan mungkin capek mengrusi keponakanku tersebut.

bebas

Kadang aku ingin menjadi seperti burung yang bisa terbang bebas ke langit
Tapi ternyata setinggi-tingginya burung itu terbang pasti kembali ke bumi
Bahkan  bangkai matinyapun di bumi bukan di langit
Beranak dan kawinyapun juga di bumi tidak seutuhnya di langit
Terkadang aku juga ingin seperti ikan yang bebas berenag di air
Tetepi ternyata ikanpun memiliki batas untuk berenang
Setiap ikan hanya mampu berenag di kedalaman tertentu saja
Jika melebihinya ikan tersebut pasti akan mati

Kutahu, di dunia ini sebenarnya tak ada yang benar-benar bebas
Bahkan air dan udara juga memiliki batasan-batasan tersendiri dalam dunia ini
Air yang sekiranya bisa mengalir terus ternyata bisa menggenang oleh benda padat
Udara yang sangat bebas dan berada di seluruh bumi ini ternyata di ketinggian tertentu dia akan menghilang dan menjadikan ruang hampa udara

Ternyata Tuhan itu benar-benar adil
Memberikan batasan-batasan sendiri akan setiap ciptaanya
Memberikan kelebihan-kelebihan dan dilengkapi segala kekurangannya